Perubahan Sosial di Kampungku Pada Masa Pandemi COVID-19
Hampir semua rumah di semprot guna meminimalisir penyebaran COVID-19. Misalnya hari selasa siang tanggal 25 Agustus 2020 camat pamotan bersama Tim Forkompincam, Kepala Desa Pamotan, TP PKK Kecamatan, TP PKK Desa Pamotan memantau pelaksanaan kegiatan penyemprotan rutin disinfektan dan gerakan bersama pakai masker. Menurut keterangan Camat Pamotan M.Mahfudz, Kegiatan penyemprotan disinfektan dan gebrak masker tersebut bertujuan guna membiasakan masyarakat hidup bersih dan sehat utamanya disaat bangsa ini Pandemi COVID-19. Dengan membiasakan hidup sehat setidaknya untuk meminimalisir penyebaran Covid dan melakukan protap kesehatan saat melakukan aktifitas,salah satunya memakai masker. Sedangkan Kepala Desa Pamotan, A.Maskur Rukhani menjelaskan bahwasanya penyemprotan disinfektan dilakukan dikarenakan banyaknya aktifitas warga dari luar kota, langkah ini sebagai pencegahan maka dilakukan penyemprotan dan pembagian masker di pusatkan di RT 01 dan RW 02. Sementara itu Bekti Meirina selaku TP PKK Desa Pamotan menambahkan kegiatan gebrak masker tersebut dilaksanakan dengan mensosialisasikan kemasyarakatan untuk disiplin menggunakan masker.
Secara tidak langsung, mencuci tangan juga akan mengurangi dan membunuh jumlah kuman di tangan. Dalam hal ini mencuci tangan lebih disarankan menggunakan sabun dan air yang mengalir karena lebih efektif daripada pembersih tangan seperti handsanitizer. Pasalnya pembersih tangan atau handsanitizer tidak membersihkan secara efektif pada saat setelah berolahraga atau ketika tangan berminyak dan kotor. Oleh sebab itu, di kampung saya sudah banyak yang menyediakan fasilitas cuci tangan di depan rumah agar sehabis keluar rumah agar mencuci tangan terlebih dahulu agar kuman menghilang. Bukan hanya di kampung saya saja, fasilitas cuci tangan sekarang disediakan di tempat-tempat umum. Mencuci tangan sebenarnya merupakan cara ampuh untuk mencegah penularan virus corona. Namun, mungkin memerlukan perlindungan ekstra jika tinggal di wilayah yang rentan terinfeksi atau harus melakukan kontak dengan banyak orang. Itulah pentingnya mencuci tangan dan beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama di musim virus corona seperti sekarang ini. Yang paling penting adalah jangan panik. Karena ketika panik akan stres, dan ini dapat menurunkan sistem imun tubuh kita.
Dan sekarang operasi pendisiplinan pemakaian masker oleh Tim Satgas Pencegahan COVID-19 Kecamatan Pamotan digenjot, dan sampai saat ini masih digelar di pasar tradisional Pamotan guna memutus dan mencegah adanya klester-klester baru yang memungkinkan penularan virus tersebut. Untuk yang kesekian kalinya pengunjung di Pasar Pamotan sebagian besar sudah menggunakan masker. Operasi pemakaian masker yang gencar dilakukan tim satgas pencegahan COVID-19 Kecamatan Pamotan selama sepekan ini menuai hasilnya. Kesadaran warga akan pemakaian masker sesuai protocol kesehatan mulai meningkat. Peningkatan kesadaran warga setelah tim melakukan operasi masker di pasar pamotan, pasar hewan maupun fasilitas umum selama sepekan ini. Dan di Desa saya seperti arisan, tahlilan, hajatan tetap diadakan meskipun tetap mematuhi protocol kesehatan. Tetap memakai masker dan tentunya jaga jarak.
Kegiatan mata pencaharian anggota masyarakat di desa saya kebanyakan berdagang. Misalnya tetangga saya ada yang berjualan di rumah dan ada yang berjualan di rumah dan di pasar juga. Dan didesa saya juga ada penyaluran BLT(Bantuan Langsung Tunai). Pemerintah Desa Pamotan Kecamatan Pamotan,Rembang, membagi secara merata bantuan kepada seluruh warga yang tergolong kurang mampu. Meskipun, bantuan yang diberikan kepada warga dalam bentuk yang berbeda-beda. Yakni dalam bentuk BLT Dana Desa, dan dalam bentuk bantuan paket sembako. Paket sembako dibagikan secara rutin setiap bulan kepada warga. Pembagian dilakukan door to door mendatangi rumah warga masing-masing. Di desa saya juga sudah membuka madrasah dengan pembelajaran tatap muka namun tetap mematuhi protocol kesehatan. Setiap harinya seluruh siswa menjalani pembelajaran penuh selama 2 jam. Pandemi COVID-19 berdampak di sektor pendidikan. Demi pengurangan penyebaran COVID-19, Pemerintah menerapkan strategi social distancing, salah satunya dengan menutup sekolah. Kebijakan lainnya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak adalah dengan menerapkan strategi belajar di rumah.
Shalat berjamaah merupakan anjuran yang ditekankan oleh Rasulullah ketika melaksanakan shalat lima waktu. Bahkan dalam shalat jum'at,wajib hukumnya dilakukan secara berjamaaah. Sementara itu, menyempurnakan shaf merupakan salah satu hal utama dalam melakukan shalat berjamaah. Sebab, shaf tidak teratur bisa menghilangkan keutamaan shalat berjamaah. Munculnya pandemi virus corona di Indonesia mengharuskan semua orang untuk menjaga jarak fisik atau physical distancing. Akibatnya, pelaksanaan shalat berjamaah di masjid-masjid ditiadakan, tidak terkecuali shalat terawih di bulan Ramadhan tahun ini. Jika ada yang tetap melaksanakan shalat berjamaahpun, mereka menerapkan aturan physical distancing yang ketat. Seperti yang dilakukan di Masjid Pamotan dan musola di tempat tinggal saya. Hal itu bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus corona, seperti imbauan pemerintah.
Sekarang saya sudah mengikuti adaptasi kebiasaan baru atau sudah menjadi kebiasaan seperti, sesudah keluar langsung menuju tempat cucian untuk segera cuci tangan pakai sabun, kalau apa-apa mau keluar sudah siap masker, dan kemanapun tempat perginya harus tetap jaga jarak, mengistirahatkan tubuh agar tetap fit, sering berolahraga agar tubuh tetap sehat dan tentunya makan makanan yang bergizi seperti sayuran, buah-buahan dsb. Pada masa pandemi masyarakat Indonesia diharuskan hidup dengan tatanan hidup baru, yang dapat berdamai dengan COVID-19. Adapun tujuan dari new normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan aman dari COVID-19 dimasa pandemi. Maksud dari adaptasi kebiasaan baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar, dan beraktivitas dengan produktif di era pandemi COVID-19. Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari-hari. Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman,cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun/bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan COVID-19. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah sering cuci tangan pakai sabun, pakai masker, jaga jarak, istirahat cukup dan rajin olahraga, dan makan- makanan bergizi seimbang.
Sementara pelaksanaan sosialisasi adaptasi kebiasaan baru memiliki tantangan atau masalah-masalah yang tidak mudah. Diantaranya seperti, kepatuhan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan, kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi secara dekat, ketidakpahaman tentang bahaya virus yang tidak kasat mata, serta munculnya berbagai pendapat melalui media sosial yang kurang mendukung upaya pencegahan. Mengenai hal ini, masih ada beberapa masyarakat yang menganggap enteng terkait kepatuhan ini. Ada 3 cara atau strategi yang bisa diterapkan untuk membentuk perilaku baru yakni Pertama, Pemerintah bisa menerapkan hukuman dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggar aturan selama pandemi. Dalam situasi tertentu, strategi ini memang diperlukan meski sifatnya memaksa. Kedua, menerapkan skema identifikasi, dimana masyarakat patuh oleh komunikator yang baik dari pemerintah. Misalnya seorang gubernur yang dekat dengan masyarakat mengkampanyekan pola kehidupan baru ini. Masyarakat percaya dengan apa yang dikatakan, dan mengikuti karena kedekatan emosi dengan pemimpinnya itu. Ketiga, Internalisasi atau membentuk kesadaran berdasar pengetahuan. Masyarakat secara mandiri menerapkan pola hidup baru itu karena sadar jika tidak maka dia harus menanggung resikonya sendiri.
Mengelola perubahan dilakukan dengan cara mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi cara-cara baru dalam melakukan sesuatu. Perubahan sistem politik, ekonomi, teknologi,dan prefensi masyarakat ialah memberikan banyak bukti pada dunia bahwa perubahan sosial tidak akan berhenti, untuk itulah perlu kecerdasan mengelolanya. Disisi lain dengan adanya wabah virus corona tidak bisa kita pungkiri telah mengubah pola perilaku sosial bangsa Indonesia. Pertama, Mengubah pola pikir untuk sehat, Perilaku over protektif, meningkatkan kerjasama, Aktivitas berbasis teknologi, Uang rakyat untuk rakyat. Semoga virus ini cepat berakhir, agar ekonomi, sosial masyarakat cepat pulih, kita sangat mendukung langkah-langkah pemerintah dengan adanya batasan sosial dan pelayanan kesehatan bertambah baik. Tidak ada kata terlambat dari pada tidak sama sekali.
NAMA : RILY AMELIA
KELAS: XII IPS 5
ABSEN: 25
MAPEL: SOSIOLOGI
Komentar
Posting Komentar